pusaka kereta rata pralaya keraton surakarta hadiningrat

Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan salah satu kerajaan yang memiliki berbagai benda-benda pusaka. Benda-benda pusaka tersebut merupakan benda bersejarah yang masih tersimpan baik sejak era Kesultanan Mataram. Selain benda-benda bersejarah era Kesultanan Mataram, benda pusaka tersebut juga berupa benda pusaka yang dibuat untuk kepentingan keraton dan masih digunakan hingga saat ini. Salah satu benda pusaka yang ada di Keraton Surakarta, yang saat ini masih digunakan adalah Pusaka Kereta Rata Pralaya. Sebuah benda pusaka yang berbentuk kereta tradisional ini masih digunakan oleh Keraton Surakarta Hadiningrat. Seperti apakah kereta pusaka ini yang membawa jenazah raja menuju Makam Raja-Raja di Imogiri ini? Mari simak artikel joglosemar.id berikut.

Apa itu Pusaka Kereta Rata Pralaya?

Pusaka Kereta Rata Pralaya merupakan salah satu benda pusaka milik Keraton Surakarta Hadiningrat berupa kereta jenazah tradisional. Nama Rata Pralaya berasal dari kata “Rata” yang berarti perjalanan tenang, dan “Pralaya” yang berarti akhir kehidupan. Arti nama Kereta Rata Pralaya dimaknai sebagai wahana perjalanan tenang di akhir kehidupan. Pembuatan pusaka kereta jenazah ini diinisiasi pada masa kepemimpinan Raja Sri Pakubuwono X tahun 1938. Kehadiran kereta jenazah ini telah menjadi wahana suci Keraton Surakarta Hadiningrat untuk mengiringi pemakaman raja ataupun keluarganya menuju tempat peristirahatan terakhirnya. Sebagaimana diketahui, tempat peristirahatan terakhir para raja-raja Mataram Islam berada di Komplek Makam Raja-Raja di Imogiri, Yogyakarta. Selama penggunaannya, kereta ini akan membawa jenazah Sang Raja dari Solo menuju ke Komplek Makam Raja-Raja di Imogiri, Yogyakarta.

Bentuk Kereta Jenazah Keraton Solo

kereta jenazah milik keraton solo untuk kiran hingga makam raja-raja imogiri
Abdi Dalem Keraton Surakarta Hadiningrat tengah mendorong pusaka Keraton Solo berupa kereta jenazah Sang Raja.
Foto : Illustrasi / Ery Lukman H.

Kereta jenazah milik Keraton Solo ini memiliki bentuk kereta tradisional dengan empat roda besar, empat pilar, dengan menggunakan atap bermahkota. Pada bagian depan Kereta Rata Pralaya ini memiliki rungkup sebagai pengikat kuda di depan tempat duduk kusir. Kendaraan terakhir Sang Raja ini dibuat menggunakan kayu jati tua pilihan hingga memiliki rangka yang kuat untuk menopang peti jenazah. Kendaraan penghantar jenazah berwarna putih ini biasanya digunakan untuk menghantar jenazah raja ataupun keluarga Keraton Surakarta Hadiningrat yang telah mangkat. Warna putih pada kereta ini diyakini sebagai lambang kesucian dan pelepasan dari keduniawian.

Pada bagian belakang terdapat pijakan kaki yang mempermudah abdi dalem ataupun keluarga keraton untuk mendorong ataupun menarik peti jenazah. Pada bagian atas terdapat hiasan mahkota yang dihiasi dengan ukiran Jawa yang halus. Hiasan mahkota ini melambangkan kehormatan tertinggi dan sifat ketenangan seorang raja. Meski hanya digunakan saat raja mangkat ataupun keluarga / kerabat keraton yang meninggal, Kereta Rata Pralaya memiliki makna simbolik yang besar. Pusaka Kereta Rata Pralaya ini menjadi simbol perantara dunia kekuasaan petinggi kerajaan dengan dunia leluhur sebagai penanda akhir perjalanan seorang penguasa kembali ke asalnya.

Proses Perjalanan menuju ke Makam Raja-Raja Imogiri

Pusaka Kereta Rata Pralaya hanya digunakan untuk membawa jenazah raja ataupun keluarga / kerabat keraton yang meninggal menuju Makam Raja-Raja Imogiri, Bantul. Pada perjalanannya berupa kirab, kereta ini akan dihias dengan ornamen dan bunga berwarna putih sebagai simbolik rasa duka cita. Kereta ini nantinya ditarik oleh 8 (delapan) ekor kuda menuju tempat-tempat pemberhentian yang biasanya berupa tempat-tempat sakral di sepanjang Kota Solo. Salah satu tempat pemberhentian yang dituju adalah Loji Gandrung, yang saat ini digunakan sebagai rumah dinas Walikota Solo. Setelahnya jenazah akan dibawa menuju Imogiri, Bantul diiringi oleh keluarga dan kerabat keraton, dan juga para abdi dalem. Sesampainya di Makam Raja-Raja di Imogiri, jenazah akan diturunkan untuk dimakamkan di tanah peristirahatan leluhur. Namun saat ini, kereta pusaka ini hanya membawa jenazah Sang Raja selama kirab dilangsungkan, dan untuk perjalanan dari Solo hingga Imogiri menggunakan transportasi lain seperti ambulance.

Kereta Rata Pralaya telah menjadi salah satu benda pusaka bersejarah yang telah meghantarkan jenazah Para Raja-Raja Mataram sejak dahulu kala. Selain itu, kereta pusaka ini telah menjadi bagian dari tradisi pemakaman raja secara adat Jawa, yang begitu menghormati tradisi dan kesakralan budaya. Terlepas dari semakin canggihnya teknologi modern, penggunaan kereta pusaka sebagai penghantar jenazah menjadi sebuah bukti bahwa sebuah tradisi di Keraton Solo Hadiningrat masih terjaga dengan baik.

By Ery Lukman Hadi

SEO Specialist Copywriter & Web Designer