Joglosemar

Mungkin bagi sebagian orang yang tinggal di Jawa Tengah dan Yogyakarta tentu tidak asing dengan nama Joglosemar. Jika mendengar nama Joglosemar tentu banyak sekali gambaran yang muncul dalam pikiran. Beberapa orang pasti akan berpikir bahwa Joglosemar identik dengan nama atau brand travel agent ternama di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sebagian orang lagi mungkin akan berpendapat bahwa Joglosemar merupakan nama dari restoran ataupun tempat penginapan. Tidak ada yang salah dari berbagai sudut pandang tersebut, mengingat memang nama Joglosemar sangat populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Pembentuk Kata Joglosemar

Secara fonetik nama Joglosemar merupakan akronim dari nama kota Jogja, Solo, dan Semarang. Nama ketiga kota tersebut disingkat secara saksama hingga membuat bunyi kata yang indah. Entah sengaja atau tidak, akronim dari Joglosemar membentuk dua buah kata yang saling berkaitan dengan budaya dan mitologi di Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kata Joglosemar membentuk dua buah suku kata Joglo dan Semar, Joglo dapat diartikan sebagai rumah adat tradisional Jawa Tengah dan Yogyakarta, sedangkan Semar merupakan salah satu tokoh pewayangan Punakawan.

Joglo dan Semar

Seperti diketahui Joglo merupakan rumah adat khas Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan model arsitektur yang unik. Selain itu bangunan Joglo juga memiliki bentuk yang bentuk, bahan, jenis, dan filosofi tertentu pada setiap bangunan Joglo. Kata Joglo sendiri tersusun dari kata Tanjug (bentuk atap menyerupai piramida) dan Loro (dua) yang berarti penggabungan dua tajug. Atap bangunan Joglo yang menjulang keatas berbentuk piramida menggambarkan gunungan atau gunung, yang mencerminkan kesakralan. Bagi orang Jawa rumah atau palenggahan merupakan salah satu tempat sakral. Dimana fungsi rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal namun juga sebagai pemilik dan tamu memiliki rasa hormat yang tinggi. Hal ini juga terwujud pada luas tanah dan bangunan Joglo yang memiliki beberapa bagian khusus sebagai tempat silaturahmi dan interaksi antara tamu dan pemilik rumah. Dengan demikian Joglo dapat diartikan sebagai tempat ternyaman bagi sang pemilik rumah maupun tamu yang bersilaturahmi.

Setelah kata Joglo, pembentuk kata Joglosemar adalah Semar yang merupakan tokoh pewayangan Punakawan. Meski kata Semar didapat nama Semarang yang tidak ada hubungannya dengan Sang Tokoh tersebut, karena Semarang memiliki akronnim Asem Arang (Pohon asam yang jarang / letaknya berjauhan). Semar merupakan pemimpin tertinggi dari empat Punakawan yang berisi Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Figur Semar sangat dihormati sebagai penasihat para kesatria Pandawa karena keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna. Tokoh utama Punakawan ini merupakan citra dari keluhuran yang hingga saat ini dipegang teguh oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Arti Joglosemar

Akronim Joglosemar dari kata Joglo dan Semar dapat berarti sebagai tempat tinggal keluhuran. Ini dapat menjadi sebuah arti bahwa Jogja, Solo, dan Semarang merupakan salah satu tempat yang memiliki keluhuran untuk hidup. Adat, udaya dan tradisi luhur yang ada senantiasa terjaga dari nenek moyang hingga generasi selanjutnya. Sebagaimana diketahui Jogja, Solo, dan Semarang menjadi salah satu tempat ternyaman untuk bertempat tinggal. Selain penduduknya yang ramah dan menjunjung tinggi unggah-ungguh, kota-kota tersebut memiliki keindahan alam dan kekayaan alam yang berlimpah. Adanya kekayaan alam seperti gunung, sungai, dan lautan di wilayah Jogja, Solo, dan Semarang menjadi salah satu sumber penghasil pangan yang murah dan berkualitas. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi alasan mengapa masyarakat di Jogja, Solo, dan Semarang senantiasa hidup tentram. Hal ini tentu merupakan salah satu cermin keluhuran hidup yang berkesinambungan antara masyarakat, alam dan budaya dalam harmonisasi hidup yang baik.

Tentu nama Joglosemar bukan sebuah kata yang dibentuk tanpa ketidaksengajaan, namun karena filosofi yang melekat pada kota Jogja, Solo, dan Semarang. Nama Joglosemar tentu akan menjadi sebuah nama yang abadi yang dapat menggambarkan betapa luhurnya adat, tradisi, dan budaya di Jawa Tengah dan Yogyakarta.