Langgar Merdeka

langgar merdeka di kampoeng batik laweyan

Langgar Merdeka atau Langgar Laweyan merupakan salah satu tempat ibadah umat agama Islam yang berada di Laweyan, Kota Solo. Selain Masjid Laweyan, Langgar Merdeka ini menjadi icon Kota Surakarta yang ada di Laweyan. Masjid yang berada di sudut jalan ini juga menjadi petunjuk utama Kampoeng Batik Laweyan yang terkenal dengan koleksi batik Solo yang indah. Langgar laweyan memiliki cerita sejarah yang panjang, hingga layak menjadi salah satu aset cagar budaya di Kota Surakarta. Mulai dari fungsi bangunan sebelum menjadi sebuah masjid, hingga setelah agresi Belanda II menjadi alur cerita sejarah yang menarik.

Awal berdirinya Langgar Merdeka

Sebelum menjadi masjid, bangunan yang berada di sudut Jalan Dr. Radjiman NO. 565 ini dahulunya adalah milik warga Tionghoa. Sebelum tahun 1940, bangunan tersebut merupakan sebuah bangunan toko candu atau opium, dimana saat itu candu masih legal. Toko candu tersebut menjual opium atau candu, hingga menyediakan tempat bagi pemakainya. Namun pada tahun 1940, bangunan toko tersebut dibeli oleh Imam Mashadi, seorang aktivis Muhammadiyah Laweyan. Setelah beralih tangan, toko candu tersebut diubah menjadi bangunan masjid oleh Imam Mashadi dengan dukungan dari Muljadi Djojomartono, seorang aktivis Muhammdiyan Solo. Muljadi Djojomartono merupakan seorang Menteri Sosial pada masa kepemimpinan Presiden Ir Soekarno. Oleh Presiden Soekarno masjid tersebut diberi nama sebagai Langgar Merdeka.

Namun pada masa agresi Belanda II, penggunaan kata merdeka tidak boleh disematkan pada nama masjid tersebut. Sehingga pada agresi Belanda II, Langgar merdeka diubah menjadi Langgar Al Ichlas dengan pembuatan penamaan pada sisi depan bangunan masjid. Hingga saat ini tulisan tersebut masih terpampang pada bagian muka bangunan berdampingan dengan tulisan “Langgar Merdeka” di sisi kanannya.

Bangunan Langgar Laweyan

langgar merdeka sebagai cagar budaya di kota surakarta
Bangunan langgar yang memiliki dua fungsi yang berbeda.
Photo. Google Review by Satriyo T Ramadhani

Langgar Laweyan dibangun dengan konstruksi 2 lantai diatas tanah seluas 179m2 oleh Imam Mashadi saat itu. Bangunan masjid dilengkapi dengan menara yang tinggi sebagai tempat pengeras adzan bagi masyarakat sekitar. Ornamen bangunan masjid ini tergolong unik karena terdapat beberapa tulisan dengan aksara jawa serta ornamen islami. Pada bagian depan atas bangunan terdapat tulisan Langgar Al Ichlas pada sudut kiri, dan Langgar Merdeka pada sudut kanan. Selain itu terdapat tanggal berdirinya bangunan yang tertera pada atas pintu masuk masjid. Tulisan penanggalan Jawa 7-7-1877, yang dapat dibaca dengan 7 Rejeb 1877 atau 7 Juni 1949 masehi.

Keadaan saat ini

Sampai saat ini Langgar Merdeka masih berfungsi sebagai tempat ibadah bagi masyarakat sekitar, dan juga berfungsi sebagai toko-toko. Bagian bawah langgar digunakan sebagai tempat berjualan dengan dibagi menjadi beberapa kios-kios. Sedangkan lantai dua bangunan langgar digunakan sebagai tempat untuk sholat, mengaji, dan kegiatan lainnya. Sejak tahun 2006 Langgar Al Ichlas dikelola oleh Yayasan Langgar Merdeka Kampoeng Batik Laweyan hingga saat ini.