Kandang Menjangan Jogja atau yang biasa disebut masyarakat sekitar sabagai Panggung Krapyak merupakan salah satu bangunan peninggalan kuno Kesultanan Mataram. Bangunan kokoh bercat putih ini berada di Kampung Krapyak, Panggungharjo – Bantul. Bangunan yang memiliki satu pintu disetiap bangunannya ini telah memiliki usia sekitar 250 tahun. Pada masa pendiriannya oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I), Kandang Menjangan didirikan dikawasan hutan Krapyak, tempat wafatnya Prabu Hanyokrowati atau putra Panembahan Senopati. Sebelum digunakan sebagai tempat berburu, Hutan Krapyak lebih dulu digunakan oleh Prabu Hanyokrowati. Setelah sekian tahun lamanya, Pangeran Mangkubumi mengikuti jejak Prabu Hanyokrowati berburu di kawasan hutan Krapayak. Disana didirikan tempat untuk menggiring rusa atau menjangan sebagai target buruan. Sesuai namanya, Kandang Menjangan merupakan tempat untuk meletakan hewan rusa/menjangan. Secara historis, kandang menjangan digunakan sebagai tempat untuk mengandangkan rusa-rusa hasil buruan Pangeran Mangkubumi dan para pengiringnya.
Kandang Menjangan Jogja memiliki dimensi berbentuk persegi dengan ukuran luas 17.6 x 15 meter, dan tinggi sekitar 10 meter. Dindingnya yang kokoh terbuat dari batu bata merah setebal 130 cm. Bangunan tempat raja-raja Mataram berburu ini memiliki dua lantai, lantai pertama untuk beristirahat dan menempatkan hasil buruan, sedangkan lantai kedua untuk mengintai mangsa buruan. Selain itu, lantai dua juga menjadi tempat nyaman untuk berburu karena dapat menghindarkan raja-raja terhindar dari serangan hewan buas.
Kondisi Kandang Menjangan saat ini
Meski sempat rusak dan hampir roboh karena gempa bumi yang melanda Jogja pada 27 Mei 2006, saat ini Panggung Krapyak berdiri kokoh setelah direnovasi. Bangunan persegi yang megah ini bediri ditengah akses jalan, sehingga pengguna jalan harus melintas secara melingkar mengitari Kandang Menjangan. Saat ini didalam Panggung Krapyak terdapat satu kursi kosong ditengah bangunan yang berhadapan dengan sesaji. Misteri kursi di Panggung Krapyak tentu menjadi isu yang dipertanyakan banyak orang, khususnya berhadapan dengan sesaji yang diletakan di depannya.
Namun sebenarnya, kursi yang berada didalam bangunan Panggung Krapyak tidak ada hubungannya dengan berdirinya Kandang Menjangan atau hal-hal mistis lainnya. Kursi tersebut merupakan kursi yang dibawa dari Keraton Jogja saat diadakan upacara caos dahar pada tahun 2021. Setelah selesai acara kursi tersebut memang tidak dibawa kembali ke Keraton Jogja, namun tetap dibiarkan di Panggung Krapyak. Terkait dengan sesaji atau ubo rampe, juga tidak ada berkaitan dengan kursi tersebut. Ubo rampe memang selalu disajikan dalam caos dahar dan tidak ada ketentuan khusus untuk diletakan di sekitar kursi atau diatas kursi. Hal ini seharusnya dapat menjadi jawaban atas indikasi-indikasi mistis yang menyelimuti Panggung Krapyak.
Sebagai penikmat sejarah dan budaya tentu setiap orang Indonesia wajib menghargai segala bentuk kekayaan budaya bernilai histori seperti Pangguna Krapyak. Panggung Krapyak menjadi salah satu poros imajiner Kota Yogyakarta yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Jogja, Keraton Jogja, Panggung Krapyak, dan Laut Selatan. Mengunjungi Panggung Krapyak menjadi salah satu kredit untuk mengunjungi salah satu bangunan penting Kota Yogyakarta.