Jawa Tengah dan Yogyakarta memiliki banyak sekali kearifan lokal berupa produk makanan dan minuman. Salah satunya produk minuman beralkohol yang banyak orang sebut dengan nama ciu. Ciu merupakan minuman tradisional yang memiliki kadar alkohol yang sangat tinggi. Minuman ini berasal dari fermentasi produk tanaman seperti tape, beras, hingga tebu. Produk kearifan lokal ini telah memiliki nilai budaya tersendiri di tengah masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta khususnya Ciu Banyumas dan Ciu Bekonang dari Sukoharjo.
Seperti Apa Ciu itu?
Ciu merupakan minuman tradisional yang memiliki warna putih jernih dengan aroma alkohol yang menyengat. Warna putih ini dihasilkan dari penyaringan fermentasi komposisi utama minuman keras ini. Kadar alkohol pada ciu sangat tinggi jika dibandingkan dengan minuman keras lainnya seperti beer, vodka, hingga whiskey. Ciu memiliki kadar alkohol sebesar 30-90% alcohol by volume (ABV), sehingga memiliki daya memabukan yang tinggi. Karena memiliki kadar alkohol yang tinggi, minuman keras ini memiliki rasa yang pahit serta meninggalkan sensasi panas di tenggorokan.
Asal-usul Minuman Tradisional ini
Ciu merupakan produk kearifan lokal masyarakat Jawa Tengah khususnya Banyumas dan Sukoharjo. Kedua kota ini merupakan produsen ciu dengan kualitas terbaik, bahkan telah memiliki sentra pembuatan minuman beralkohol ini secara legal. Ciu Banyumas merupakan produk minuman beralkohol yang terbuat dari fermentasi fape dan beras. Sedangkan Ciu Sukoharjo yang dikenal dengan Ciu Bekonang merupakan minuman keras yang terbuat dari fermentasi tebu.
Dalam awal pembuatannya pada abad ke-18 memungkinkan ciu menjadi produk tandingan dari Batavia Arrack. Batavia Arrack merupakan produk minuman keras yang diproduksi oleh orang Belanda di Indonesia semasa era kolonialisme. Kedua produk minuman keras ini cukup identik mulai dari warna, rasa dan aromanya.
Ciu Sebagai Warisan Budaya di Bekonang

Photo : Ery Lukman Hadi / AI
Meski memiliki efek memabukan, ciu telah menjadi salah satu warisan budaya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Penggunaan utama minuman beralkohol ini adalah sebagai campuran jamu dan obat tradisional lainnya. Lambat laun, penggunaan ciu mulai beragam yakni sebagai penghangat badan, menambah stamina, hingga sebagai penghilang stress. Setiap tahun pengguna ciu seperti hilang satu tumbuh seribu, karena semakin banyak peminatnya. Hal ini juga dikuatkan dengan eksistensi sentra pembuatan Ciu Bekonang dan Banyumas yang masih berproduksi membuat minuman beralkohol untuk konsumsi hingga alkohol medis.
Eksistensi keberadaan ciu ini menjadi bukti bahwa minuman keras ini telah menjadi sebuah warisan budaya turun temurun. Apalagi, minuman keras ini sangat, bersahabat dengan masyarakat kalangan menengah bawah karena harganya yang sangat terjangkau. Sehingga bagi penggemar minuman keras di kalangan bawah lebih memilih ciu dibandingkan minuman beralkohol dengan merk ternama lainnya.
Kesimpulan
Meski ciu menjadi produk minuman tradisional sebagai warisan budaya, namun penggunaan ciu perlu dibatasi. Mengingat tingginya kadar alkohol yang ada pada minuman keras ini, sangat cukup untuk merusak organ dalam tubuh Anda. Apabila Anda mengonsumsi minuman beralkohol ini, pastikan tidak mencampurkan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat meningkatkan resiko keselamatan jiwa. Karena ciu diproses secara tradisional tanpa bahan kimia yang berbahaya, sesuai dengan awal mula peruntukannya.