Joglosemar merupakan akronim dari nama 3 kota besar di Jawa Tengah dan juga Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I Yogyakarta), yaitu Jogja, Solo (Surakarta), Semarang. Akronim ini diambil dari kata JOG dari Jogja, LO dari Solo, dan SEMAR dari Semarang (JOGLOSEMAR). Ketiga kota besar ini merupakan kota-kota yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi baik terkait pembentukannya hingga perkembangannya. Kota Jogja atau Kota Yogyakarta merupakan ibu kota provinsi dari D.I Yogyakarta yang menjadi pusat pemerintahan provinsi D.I.Yogyakarta. Sedangkan Surakarta atau Solo merupakan kota di Jawa Tengah yang memiliki nilai historikal tersendiri seperti Yogyakarta yang dipimpin oleh seorang Sultan. Sedangkan Semarang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah yang menjadi pusat pemerintahan serta pusat perekonomian yang memiliki dua bentuk pemerintahan (Kota Semarang dan Kabupaten Semarang).
Joglosemar menjadi akronim yang menarik karena ketiga kota yang dijadikan akronim tersebut memang memiliki keterkaitan yang sama-sama berpotensi menjadi kota berpengaruh di Pulau Jawa. Kota Jogja dan Solo memiliki masa lalu sebagai kerajaan dengan area karesidenan yang luas. Kedua kota dengan sejarah dan budaya yang kuat ini telah menjelma menjadi kota wisata budaya yang mendunia. Kedua kota ini juga memiliki nilai-nilai budaya luhur yang masih terjaga hingga saat ini. Hal ini tentu menjadi sebuah keunggulan dimana adat dan budaya telah banyak terkikis oleh kemajuan zaman.
Di sisi lain Semarang menjadi satu-satunya kota yang memiliki akses dan infrastruktur yang lengkap sebagai kota besar. Adanya pelabuhan Tanjung Emas, dan Bandara Internasional Ahmad Yani menjadikan Kota Semarang sebagai pusat perekonomian dan wisata. Di Jawa Tengah tidak ada kota lain yang memiliki infrastruktur yang lengkap seperti terminal, stasiun, pelabuhan dan bandara selain Semarang.
Makna Akronim
Tentunya pembuat akronim Joglosemar layak diapresiasi atas analisis dan intuisinya dalam mengemas nama kota-kota di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang memiliki potensi yang luar biasa. Baik dari segi geografi, infrastruktur, wisata, dan adat budaya telah terangkum dalam nama Joglosemar. Menurut kami pula, akronim tersebut juga dapat diartikan rumah dari budaya dan alam (Joglo = rumah adat jawa – jogja, Semar = tokoh pewayangan sebagai simbol alam dan budaya). Tentunya setiap orang yang tinggal di Jogja, Solo, dan Semarang senantiasa hidup dalam ketentraman dengan melaksanakan budaya jawa yang terjaga dan menjaga alam sekitarnya.
Potensi Kota Jogja, Solo, dan Semarang
Kota Jogja, Solo, dan Semarang memiliki berbagai potensi yang dapat menjadi sumber kemakmuran bagi warganya. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan ada pada sektor perdagangan dan pariwisata. Keanekaragaman hayati di D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah hingga saat ini telah mencukupi kehidupan masyarakat Jogja, Solo, dan Semarang. Berbagai komoditas pertanian yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta dapat menjadi salah satu pendobrak ekonomi, khususnya komoditas ekspor. Komoditas tersebut dapat berupa produk pertanian seperti produk kelapa, kerajinan tembikar, hasil perkebunan, dll. Selain itu, sektor pariwisata juga telah menjadi role bisnis yang berkelanjutan. Apalagi Jogja Solo Semarang memiliki ratusan tempat wisata dan warisan budaya yang bernilai. Ketiga kota tersebut dapat menjadi objek potensial M.I.C.E (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) atau yang saat ini disebut sebagai The Meetings Industry. Hal ini kedepan akan membawa Jogja – Solo – Semarang dapat sejajar dengan kota-kota besar di dunia seperti Tokyo, Paris, dan Frankfurt.
Perkembagan kemajuan kota Jogja – Solo –Semarang tentunya tidak dapat dilakukan oleh pemerintah ataupun orang perseorangan saja. Namun perlu sinergitas antara pemerintah, pelaku usaha, dan juga masyarakat Joglosemar. Dengan adanya hal tersebut tentu cita-cita masyarakat D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah untuk hidup dalam kemakmuran akan dapat tercapai.