Perayaan Nyepi di Semarang – Hari Raya Nyepi merupakan salah satu hari besar agama Hindu khususnya di Bali dan di seluruh Indonesia. Nyepi dapat diartikan sebagai salah satu cara penyucian diri manusia dan alam semesta dalam menyambut tahun baru Saka. Tahun baru saka merupakan salah satu waktu pergantian tahun pada kalender Saka yang menjadi acuan penanggalan umat Hindu. Perayaan Nyepi biasanya disambut dengan berbagai acara keagaaman sebelum dilakukannya Catur Brata Penyepian saat Nyepi. Catur Brata Penyepian merupakan empat pantangan yang dilakukan selama merayakan Nyepi yaitu amati karya, amati geni, amati lelungan, amati lelangunan. Sedangkan acara lain sebelum melakukan Catur Brata Penyepian umat Hindu melakukan upacara melasti, pawai ogoh-ogoh, tawur kesanga, hingga mecaru.
Penyambutan Hari Raya Nyepi tidak hanya dilakukan oleh umat Hindu di Bali namun juga diseluruh tempat umat Hindu tinggal seperti di Semarang, Solo Raya, dan Jogja. Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki masyarakat beragama Hindu yang besar, mencapai 24.000 jiwa (data BPS Jateng 2021). Dengan jumlah tersebut, umat Hindu di Semarang dapat merayakan rangkaian keagamaan di lima pura yang ada di Semarang. Pura-pura yang ada telah diresmikan oleh Pemerintah Kota Semarang, tidak hanya sebagai tempat ibadah namun beberapa ada yang digunakan sebagai tempat wisata. Jika menilik beberapa tahun ke belakang, Pemerintah Kota Semarang telah banyak memberi dukungan terhadap umat Hindu di Semarang dalam merayakan dan menyambut Nyepi di Semarang.
Berikut beberapa kegiatan perayaan Nyepi di Semarang :
Melasti di Pantai Marina Semarang
Melasti merupakan kegiatan penyucian diri yang dilakukan umat Hindu sebelum menyambut hari raya Nyepi. Umat Hindu melakukan upacara melasti sebagai penyucian diri dari kotoran diri dengan menggunakan air kehidupan. Pelaksanaan upacara melasti biasanya dilakukan di pinggir pantai, atau pada sumber mata air alam lainnya (tirta amerta). Umat Hindu di Semarang melakukan upacara melasti di Pantai Marina sebagai bentuk penyucian diri dan juga penyucian benda-benda yang dianggap sakral. Denga upacara melasti ini diharapkan segala perbuatan dan hal buruk di masa lalu dapat terlarut dan terbawa oleh air laut.
Tawur Kesanga Perayaan Nyepi di Semarang
Tawur Kesanga merupakan upacara keagamaan umat Hindu yang dilakukan sehari sebelum dilaksanakannya Catur Brata saat Nyepi. Upacara Tawur Kesanga dapat dimaknai sebagai salah satu wujud penyucian diri dan alam semesta dengan mengembalikan sari-sari alam yang telah diambil manusia. Sari-sari alam yang dimaksud merupakan hasil alam yang digunakan manusia untuk memenuhi kehidupannya. Pelaksanaan Tawur Kesanga biasanya dilakukan di pura-pura yang ada di Semarang seperti di Pura Agung Giri Natha Semarang
Pawai Ogoh-ogoh
Pawai ogoh-ogoh atau festival ogoh-ogoh merupakan salah satu kegiatan sebelum Nyepi di Semarang yang dinantikan banyak orang. Tidak hanya umat Hindu, namun juga semua orang Semarang dan sekitarnya yang ingin melihat ogoh-ogoh dengan berbagai bentuk unik. Ogoh-ogoh merupakan perwujudan aspek negatif dan sikap buruk manusia dalam bentuk bonekah/patung besar. Bentuk ogoh-ogoh biasanya berupa patung buto atau raksasa dengan wajah dan bentuk yang menyeramkan. Pawai ogoh-ogoh di Semarang sering dilaksanakan pada sepanjang jalan Pandanaran hingga simpang lima.
Meski umat Hindu merupakan minoritas di Kota Semarang, namun perayaan Nyepi di Semarang tetap mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Hal ini menunjukan bahwa di Indonesia, khususnya Kota Semarang masih memiliki sikap toleransi yang tinggi. Sudah selayaknya sebagai sesama umat manusia harus saling menghormati dan menjunjung toleransi dalam kehidupan beragama. Bagaimanapun dalam setiap agama mengajarkan kebaikan, dan setiap upacara keagamaan yang dilakukan tentu untuk mewujudkan kebaikan yang secara langsung atau tidak langsung semua orang akan menerimanya.