Bagi beberapa orang yang membaca atau mendengar nama Ketupat Jembut Semarang atau Kupat Jembut tentunya akan merasa agak aneh. Apalagi jika pikiran kita menuju kepada hal-hal vulgar yang membuat imajinasi kita membentuk angan-angan makanan yang absurd. Bentuk Ketupat Jembut tidak se-ekstrem yang kita pikirkan, ketupat ini seperti bentuk ketupat yang ada pada umumnya. Ketupat yang terbuat dari aron atau adonan beras yang dibungkus dengan daun kelapa atau janur. Namun, beberapa orang-orang di semarang juga membungkus Kupat Jembut ini dengan daun bambu yang lebar. Lantas apakah seperti apakah makanan yang memiliki nama unik ini?
Awal Mula Ketupat Jembut Semarang
Ketupat atau Kupat Jembut Semarang merupakan makanan asli dari Semarang sebagai warisan tradisi dari para leluhur Kota Semarang. Bagi kebanyakan orang, ketupat dan opor ayam merupakan makanan lazim yang ada selama hari Idul Fitri, tidak terkecuali orang Semarang. Namun kondisi yang berbeda dialami oleh leluhur dan para tetua di Kota Semarang ketika harus merayakan Idul Fitri dan menyambut bulan Syawal ditengah penjajahan Belanda di Semarang tahun 1950an. Keterbatasan tempat dan bahan baku membuat para leluhur tidak dapat merayakan lebaran dengan bersuka cita. Maka mereka merayakan Idul Fitri dengan sederhana dengan penuh rasa syukur dengan membuat ketupat.
Ketupat yang mereka buat tidak dapat dinikmati dengan opor ayam, namun dinikmati dengan bahan baku seadanya. Ketika perjalanan dari pengungsian di Demak menuju Semarang para leluhur membuat ketupat yang dibelah dan disisipi sayuran berupa kecambah serta sambal kelapa atau urap. Mereka menikmati Kupat Jemut bersama-sama diiringi dengan suara pukulan panci dan alat masak lainnya. Suara meriah tersebut menarik hati anak-anak untuk datang menikmatinya. Awalnya makanan tersebut tidak memiliki nama, namun beberapa orang menyebutnya Ketupat Jembut atau Ketupat Rambut. Hal ini karena bentuk kecambah yang melingkar seperti tumpukan rambut. Kupat Jembut ini menjadi salah satu simbol rasa syukur warga Semarang karena dapat melaksanakan Idul Fitri dan menyambut Syawal dengan kesederhanaan.
Perayaan Ba’da Ketupat atau Lebaran Ketupat
Saat ini perayaan Lebaran Ketupat yang dilaksanakan H+7 Idul Fitri berbeda dengan dahulu. Ketupat Jembut Semarang dibagikan secara tertib oleh beberapa pengurus masjid dan warga sekitar yang menyediakan Kupat Jembut. Pembagian Ketupat Jembut juga dibarengi dengan pembagian uang yang dibagikan kepada anak-anak. Tradisi pembagian Ketupat Jembut pada Lebaran Ketupat masih banyak dilakukan oleh warga di beberapa kampung di Kota Semarang. Salah satu kampung yang saat ini masih rutin menggelar tradisi pembagian Ketupat Jembut adalah Kampung Jaten Cilik di Pedurungan, Semarang Timur.
Warga dan Pengurus Masjid Kampung Jaten Cilik setiap tahunnya membagikan ratusan Kupat Jembut Semarang selama Ba’da Kupat. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga dapat memperoleh Ketupat Jembut beserta uang yang dibungkus janur. Bagi Anda yang ingin melihat dan mengikuti meriahnya pembagian Ketupat Jembut, Anda perlu menjadwalkan kunjungan ke Kampung Jaten Cilik Pedurungan. Tentunya tradisi Syawalan ini hanya dapat ditemui setahun sekali yakni di bulan Syawal, H+7 Idul Fitri.